Translate

Sabtu, 07 Oktober 2017

3 Panggilan Allah kepada Hamba-Nya

3 (TIGA) PANGGILAN ALLAH SWT KEPADA MANUSIA SEUMUR HIDUP
Assallamu’alaikum Wr,Wb
Kepada seluruh pengasuh Kmpus Samudera Ilmu Hikmah yang saya hormati,
izinkan saya Al-Faqir meminta keikhlasannya untuk mengkaji lebih dalam
tentang Seruan atau Panggilan Allah kepada kita sebagai hambanya yang
mungkin selama ini kita selalu mengabaikan panggilan Allah tersebut,
mudah-mudahan bisa menjadi hikmah bagi saya pribadi dan semua
saudara-saudaraku di KSIH tercinta.

Allah menciptakan manusia ke muka bumi ini semata-mata untuk berbakti
dan beribadah kepadanya, oleh karena itu Allah mengetahui mana hamba
yang bertaqwa dan mana yang tidak. Di dalam seumur hidup kita Allah
SWT hanya memanggil 3 (tiga) kali saja, apakah ketiga panggilan Allah
tersebut:

1. Panggilan Pertama adalah ADZAN.
Itu adalah panggilan Allah SWT yang pertama, panggilan ini sangat
jelas terdengar di telinga kita dan sangat kuat terdengar, itulah
panggilan Allah kepada kita untuk menjalankan perintah shalat, dengan
melaksanakan shalat tepat waktu sesungguhnya kita telah menjawab
panggilan Allah tersebut. Akan tetapi Allah masih fleksibel dengan
sifat pengasih dan penyayangnya Dia tidak cepat marah akan sikap kita.
Kadang kita suka terlambat, bahkan tidak shalat sama sekali karena
malas, Allah tidak marah seketika itu juga kita mengabaikan
panggilannya, Dia tetap memberikan segala rahmatNya, memberikan
kebahagiaan bagi setiap hambaNya, baik hambaNya itu menjawab panggilan
AdzanNya atau tidak, sesungguhnya Allah hanya akan membalas hambaNya
ketika hari Kiamat nanti, karena shalat adalah penolong utama ketika
di akhirat kelak dan ibadah yang di hisab pertama kali, itulah
pertanggung jawaban kita nanti dihadapan Allah SWT hingga akhirnya
kita yang menentukan mau selamat di dunia yang hanya sesaat atau
selamat di akhirat nanti yang kekal abadi.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ رَجُلٌ أَعْمَى فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ لَيْسَ
لِي قَائِدٌ يَقُودُنِي إِلَى الْمَسْجِدِ فَسَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرَخِّصَ لَهُ فَيُصَلِّيَ فِي
بَيْتِهِ فَرَخَّصَ لَهُ فَلَمَّا وَلَّى دَعَاهُ فَقَالَ هَلْ تَسْمَعُ
النِّدَاءَ بِالصَّلَاةِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَأَجِبْ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata: Ada seorang lelaki
buta yang menemui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dia
mengatakan: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya tidak memiliki
penuntun yang menuntun saya untuk berangkat ke masjid.”Dia meminta
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk diberikan
keringanan agar diperbolehkan untuk shalat di rumahnya. Maka Nabi pun
memberikan keringanan kepadanya, kemudian ketika lelaki itu berbalik
untuk pulang beliau memanggilnya dan bertanya: “Apakah kamu masih
mendengar panggilan adzan?”. Dia menjawab, “Iya.” Maka beliau
bersabda, “Kalau begitu maka penuhilah.” (HR. Muslim dalam Kitab
al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah).

Shalat 5 (lima) waktu adalah aktifitas rutinitas kita sebagai muslim
dan memiliki keutamaan yang begitu besar bagi kita, apalagi secara
shalat berjamaah.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ
يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ
دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ
فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ
الْخَطَايَا
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: “Bagaimana menurut kalian apabila di depan pintu
rumah kalian terdapat sebuah sungai yang dia mandi di sana lima kali
setiap hari, apakah masih ada kotoran di tubuhnya yang menempel?”.
Maka mereka menjawab, “Tidak ada kotoran lagi yang tersisa di
tubuhnya.” Maka beliau bersabda, “Maka demikianlah perumpamaan shalat
lima waktu yang dengannya Allah berkenan menghapuskan dosa-dosa.” (HR.
Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah).

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا
مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلَاءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى
بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ
أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّي هَذَا
الْمُتَخَلِّفُ فِي بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ
تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ وَمَا مِنْ رَجُلٍ
يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ
هَذِهِ الْمَسَاجِدِ إِلَّا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ
يَخْطُوهَا حَسَنَةً وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا
سَيِّئَةً وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلَّا
مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ
يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِي الصَّفِّ
Dari Abdullah yaitu Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, dia berkata:
“Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah kelak di akhirat sebagai
seorang muslim maka hendaklah dia menjaga shalat-shalat wajib itu yang
apabila saatnya tiba maka adzan pun dikumandangkan. Sesungguhnya Allah
mensyariatkan untuk Nabi kalian shallallahu alaihi wasallam berbagai
jalan petunjuk dan sesungguhnya shalat berjamaah itu termasuk jalan
petunjuk. Kalau saja kalian mengerjakan shalat di rumah-rumah kalian
sebagaimana shalatnya orang yang sengaja meninggalkan jamaah itu
sehingga dia mengerjakannya di rumahnya maka itu artinya kalian telah
meninggalkan Sunnah Nabi kalian, dan kalau kalian sudah meninggalkan
Sunnah Nabi kalian maka pastilah kalian menjadi sesat. Tidaklah
seseorang bersuci dengan sebaik-baiknya kemudian dia bersengaja untuk
ke masjid di antara masjid-masjid yang ada ini kecuali Allah pasti
akan mencatat satu kebaikan baginya dari setiap langkah kakinya dan
Allah akan menaikkan derajatnya setiap kali dia melangkahkan kakinya
itu, dan Allah berkenan untuk menghapuskan karenanya satu kejelekan.
Sungguh, aku teringat bahwa dahulu tidak ada orang yang sengaja
meninggalkan sholat jama’ah itu kecuali orang munafiq yang diketahui
dengan jelas kemunafikannya. Bahkan sampai-sampai pernah terjadi ada
seorang sahabat yang didatangkan ke masjid dalam keadaan dipapah oleh
dua orang lelaki hingga diberdirikan di dalam shaf.” (HR. Muslim dalam
Kitab al-Masajid wa Mawadhi’ as-Shalah).

Sesngguhnya saudaraku di KSIH islam itu agama rahmatan lil aalamiin,
begitu besar pahala yang Allah berikan kepada manusia yang beriman dan
bertaqwa kepadanya, segala niat amal kebaikan yang kita lakukan akan
mendapatkan balasan, begitu juga halnya melangkahkan kaki menuju
masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah Allah akan hapuskan segala
dosa kita.

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى
بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ
اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً
وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata: Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersuci di
rumahnya kemudian berjalan menuju salah satu rumah di antara
rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu shalat wajib yang Allah
berikan kepadanya maka dengan langkah kakinya yang satu akan
menghapuskan dosa dan dengan langkah kaki yang satunya lagi akan
menaikkan derajat.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Masajid wa Mawadhi’
as-Shalah).

SUARA ADZAN BUKAN SEKEDAR TANDA MASUK WAKTU SHALAT
Adzan, bukanlah sekedar tanda masuknya waktu shalat! Adzan adalah
panggilan Allah sang Maha Besar. Sabda Nabi: “Jika engkau mendengar
suara adzan, maka penuhilah panggilan Allah itu” (HR Thabrani).

Coba anda renungkan:
Bagaimana seandainya anda dipanggil oleh walikota untuk menerima
penghargaan..? Apakah perasaan anda biasa-biasa saja, kemudian datang
dengan pakaian seadanya serta tidak berusaha untuk datang tepat
waktu..? Pasti tidak kan..! Karena ini adalah undangan yang sangat
menyenangkan, tentu kita akan membeli pakaian dan sepatu baru, khusus
untuk menghadiri undangan tersebut dan yang pasti akan datang menepati
waktu yang ditentukan!

Nah, bagaimana pula seandainya kita dipanggil oleh gubernur, atau
bahkan presiden
untuk diberi penghargaan..? Tentu akan lebih bergembira dan akan mempersiapkan
diri lebih baik, bukan..? Dan, bagaimanakah jika kita dipanggil sang
Maha Raja untuk
diberi penghargaan dan hadiah yang sangat agung..? Ingatlah sekali
lagi: adzan adalah panggilan Allah sang Maha Raja, bukan panggilan
manusia.

Agar lebih termotivasi ketika mendengar adzan, pahami makna adzan
sebagai berikut:
“Allahu akbar Allahu akbar”
Allah Maha Besar memanggilku untuk menerima hadiah besar
“Asyhadu anlaa ilaaha illallah”
Aku bersaksi tiada yang lebih penting dari panggilan Allah ini
“Asyhadu anna Muhammadar-rasuulullah:
Aku bersaksi nabi Muhammad adalah panutan yg selalu memenuhi panggilan ini
“Hayya alash-sholah”
Yaitu panggilan shalat berjamaah di masjid
“Hayya alal falah”
Untuk menjemput hadiah kemenangan (kenaikan 27x, naik derajat, hapus dosa, dll)!
“Allahu akbar allahu akbar”
Allah Maha Besar memanggilku untuk menerima hadiah besar
“Laa ilaaha illallah”
Tiada yang lebih penting dari panggilan Allah ini!

2. Panggilan Kedua adalah HAJI/ UMROH BAGI YANG MAMPU
Haji (Bahasa Arab: حج‎; transliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang
agama) Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa.
Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan
kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan
berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di
Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan
Zulhijah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan
sewaktu-waktu.

Panggilan ini sangat bersifat halus, Allah memanggil hamba-hambaNya
dengan panggilan yang halus dan sifatnya bergiliran. Hamba yang satu
mendapatkan kesempatan yang berbeda dengan hamba yang lain, JalanNya
bermacam-macam. Yang tidak punya uang menjadi punya uang, yang tidak
merencanakan, ternyata akan pergi, ada yang memang merencanakan dan
terkabul.

Ketika kita mengambil niat Haji / Umrah, berpakaian Ihram dan
melafazkan: “Labaik Allahuma Labaik/ Umrotan (Kami datang memenuhi
panggilan Yaa Allah)”, sesungguhnya disaat menjawab pa