Translate

Senin, 31 Oktober 2016

Berani Berkata Benar dengan Pemimpin

Belajar Berani kepada Imam Nawawi: Berkata-kata Haq kepada Penguasa Zalim

Oleh: Anwar Djaelani

Inpasonline.com-Jihad paling utama adalah berkata-kata yang haq di hadapan penguasa zalim. Sayang, tak banyak yang berani melakukannya dan di antara yang sedikit itu Imam Nawawi adalah salah satu teladan terbaik. Seperti apa kisah dia?

Berani, Berani!

Imam Nawawi ulama besar. Dia lahir di Nawa, dekat Damaskus, pada 631 H. Karya tulis dia sangat banyak, antara lain: Syarh Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Al-Arba’in an-Nawawiyah, Al-Adzkar, dan Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (panduan hukum Islam yang lengkap).

Kisah berikut ini adalah sebuah ‘cermin’. Kala itu tak ada yang berani ber-amar ma’ruf nahi munkar dengan mengingatkan Sang Raja yang salah, kecuali hanya Imam Nawawi. Jika yang lain tak mau menerima resiko buruk sebagai akibat berani mengritisi Raja, maka –sebaliknya- Imam Nawawi tak gentar mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan mengatakan yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil kepada siapapun.

Alkisah, saat itu di Syam -negeri tempat Imam Nawawi tinggal- berlangsung musim kemarau yang panjang. Tanah pertanian kering, ternak banyak yang mati. Paceklik datang, rakyat melarat.

Di saat-saat itu, negeri terancam bahaya lain. Ada dugaan, bangsa Mongol dan Tartar (bangsa yang dikenal kejam dan memusuhi Islam) akan menyerbu dan menghancurkan Kerajaan Syam.
Raja Zhahir Baibars –penguasa Syam- memerintahkan seluruh rakyat Syam agar membayar Dana Perang. Raja telah memanggil seluruh ulama untuk dimintai pertimbangan. Dana Perang harus terkumpul dan para ulama akan dijadikan alat legitimasi.

Banyak ulama yang menyetujui. Ada juga yang tak menyetujui dan bahkan menentangnya, namun setelah diintimidasi akhirnya mereka menyetujui dan ikut menyosialisasikannya. Meski begitu –ternyata-, masih ada seorang ulama yang tetap bersikukuh tak setuju. Dia adalah Imam Nawawi.

Puncaknya, Raja mengumpulkan semua ulama di Istana untuk mengesahkan “Undang-undang” itu. Imam Nawawi datang dengan muka yang tegak. Berbeda dengan ulama lainnya, yang menunduk.

Acarapun dimulai. Semua ulama menunduk, kecuali Imam Nawawi. Dia biasa-biasa saja. Dia memandang ke arah Raja beserta para pembesar yang mengelilinginya.
“Mengapa Anda tak menyetujui perintahku, wahai Tuan Imam? Apakah Anda lebih senang bila kerajaan kita diduduki musuh?” Demikian tanya raja kepada Imam Nawawi.

Imam Nawawi diam,  tak  segera   menjawab. Dia faham, Raja sedang murka. Sesaat mata Imam Nawawi bersitatap dengan mata Sang Raja. Tetapi, Sang Raja ‘kalah’. Sorot mata Imam Nawawi tajam karena tidak ada yang dia takuti kecuali Allah saja. _“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama”_ (QS Faathiir [35]: 28).

Setelah keadaan tenang dan Raja telah kehabisan kata-kata, Imam Nawawi berkata: “Sesungguhnya rakyat Syam sekarang telah melarat. Berat bagi mereka untuk membayar Dana Perang. Tapi, terkait Dana Perang, bukankah masih ada dana lain yang dapat ditarik? Dana itu sangat banyak dan agaknya mencukupi. Selama sumber lain masih ada, maka saya tak mau menyetujui perintah Tuan yang berakibat lebih menyengsarakan rakyat. Mengapa Tuan masih memberi beban kepada rakyat yang lebih berat lagi, sementara penghasilan mereka tak cukup untuk biaya makan?”

Suasana mencekam. Sejurus kemudian, Raja berkata: “Coba tunjukkan, sumber yang manakah itu?”

Tangkas Imam Nawawi menjawab: “Bukankah dahulu Tuan adalah seorang budak belian? Setelah Tuan menjadi Raja sekarang ini, bukankah Tuan belum menebus diri Tuan sendiri? Berapakah harga tebusan diri Tuan?”

Situasi semakin mencekam. Para ulama amat kagum dan heran, mengapa Imam Nawawi seberani itu.

“Tidak hanya itu saja! Tuan mempunyai 1.000 pegawai. Setiap pegawai itu mempunyai pakaian-pakaian kebesaran yang mewah dan ditaburi emas permata,” terang Imam Nawawi.
Raja diam dan merah padam wajahnya. Imam Nawawi meneruskan ilustrasinya: “Masih ada lagi! Tuan pun mempunyai 100 dayang-dayang. Sekujur badan mereka itu penuh dengan pakaian kemegahan bertabur emas permata. Bila Tuan mau menanggalkan semua pakaian kemegahan dari para pegawai dan dari dayang-dayang itu, pastilah dapat membiayai pertahanan negara.”

Seluruh yang hadir tak ada yang berani menegakkan kepalanya. Semua tunduk, takut. Mereka berpikir: “Apakah gerangan hukuman yang akan diterima Imam Nawawi?”
Benar, Raja-pun murka: “Sudah, sudah! Tak patut Anda mengatakan hal-hal itu di majelis ini!”

Imam Nawawi menukas: “Saya pun tidak patut membujuk rakyat dengan jalan memberi fatwa supaya mereka mau membayar Dana Perang sebelum Tuan sendiri berlaku adil.”
Raja lalu bertitah: “Sekarang juga Anda  mesti  keluar  dari  Negeri  Syam  ini! Sekarang juga!”
Imam Nawawi menyambut: “Baik! Saya akan pergi dari negeri ini!”
Setelah itu, rapat bubar. Hari itu juga, Imam Nawawi pergi ke kampung halamannya sendiri (yang masih daerah Syam juga).

Perkembangan berikutnya, menarik. Seluruh ulama Syam meminta Raja agar keputusan mengusir Imam Nawawi dicabut, sekaligus Sang Imam diminta kembali ke Kota Damaskus lagi. Kata mereka, “Dia ulama shalih! Dia pemimpin kami. Kami tak mau dipisahkan dari dia. Maka, kami mohon, agar dia dikembalikan lagi ke Kota Damaskus ini.”

Raja reda murkanya. Dia sadar, bahwa rakyat tak bisa dipisahkan dari para ulamanya. Maka, dibentuklah panitia untuk menyambut Imam Nawawi. Tetapi, “Aku tidak akan kembali ke Damaskus, selama Raja masih berada di kota itu! Aku akan masuk ke Damaskus, bila Raja telah keluar dari sana,” tegas Imam Nawawi ke para utusan Raja dan para ulama yang menjemputnya.

Sekitar sebulan setelah itu, Sang Raja meninggal. Lalu, Imam Nawawi kembali ke Damaskus.

Jejak Mulia

Imam Nawawi wafat pada 676 H. Sang Imam telah meninggalkan banyak jejak dakwah yang fenomenal termasuk saat beliau memeragakan dengan indah ajaran mulia ini: _“Jihad yang paling utama adalah kalimat haq yang diucapkan pada raja (penguasa) yang zalim” (HR Abu Dawud dan Turmudzi).

http://inpasonline.com/new/belajar-berani-kepada-imam-nawawi-berkata-kata-haq-kepada-penguasa-zalim/

Dosen Liberal

*Dosen Liberal*

Dosen yang terkenal liberal itu mulai berceramah. Namun, ia tidak langsung masuk ke mata kuliahnya. Ia justru berbicara tentang fenomena umat Islam yang menurutnya pemarah. Ada yang memprotes adzan, marah. Ada yang membakar Al Quran, marah. Ada yg melecehkan surat Al Maidah, marah.

Padahal, menurutnya, yang dibakar itu hanya kertas. Sedangkan Al Quran yang sebenarnya ada di *_lauhul mahfudz_*. Tak bisa dibakar, tak bisa dilecehkan.

_“Saya benar-benar heran dengan umat Islam. Terlalu lebay, menurut saya. Hanya karena ada yang menginjak mushaf Al Quran, mereka marah lalu ribuan orang menggelar demonstrasi di mana-mana. Padahal yang dibakar itu cuma kertas. Hanya media tempat menulis Al Quran. Al Quran aslinya ada di lauhul mahfuzh,”_ kata dosen itu.
_“Saya pikir para mahasiswa harus dicerdaskan soal ini.”_

Ruang kuliah itu hening beberapa saat. Sebagian mahasiswa agaknya setuju dengan pemikiran sang dosen. Hingga kemudian, seorang mahasiswa yang dikenal cerdas mengacungkan tangan.

_“Memang Al Quran itu, hakikatnya ada di lauhul mahfuzh,”_ katanya sambil berjalan mendekati dosen.

_“Maaf, Pak. Boleh saya melihat makalah Bapak?”_
Wajah mahasiswa lainnya menegang. Mereka khawatir akan ada insiden yang tidak terduga antara mahasiswa yang dikenal sebagai aktifis dakwah itu dengan dosennya yang liberal.

_“Makalah ini bagus Pak,”_
Wajah-wajah yang tadinya sempat tegang kini normal kembali. Namun itu hanya sesaat, karena setelah itu, mahasiwa tersebut melempar makalah ke lantai kemudian menginjaknya.
_“Sayang sekali analisanya kurang komprehensif”_

Tak cukup menginjak. Ia ludahi makalah itu kemudian ia injak-injak lagi. Praktis makalah tersebut menjadi kotor dan rusak.

Di dekatnya, sang dosen melotot. Mukanya merah padam. Kedua telapak tangannya menggenggam erat.

_“Kurang ajar! Kamu menghina karya ilmiah saya. Kamu menghina pemikiran saya,”_ kata sang dosen sembari melayangkan tangannya ke arah mahasiswa. Namun, dengan cekatan mahasiswa itu menangkisnya.

_“Marah ya Pak? Saya hanya menginjak kertas. Saya hanya meludahi kertas. Saya hanya melecehkan kertas. Saya tidak melecehkan pemikiran Bapak karena pemikiran Bapak ada di kepala Bapak. Saya kan tidak menginjak kepala Bapak. Saya pikir Bapak harus dicerdaskan soal ini.”_

Mendengar itu, sang dosen tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia seperti mendapatkan serangan balik yang mematikan. Segera, buku-bukunya dikemasi dan ia meninggalkan ruang kuliah itu dengan muka merah padam.

*Semoga tambah ilmu pengetahuan untuk kita semua*

Minggu, 30 Oktober 2016

Kehidupan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

" TELUR "
Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari luar, maka kehidupan di dalam  telur akan berakhir.

Tapi......
Jika sebuah telur dipecahkan oleh kekuatan dari dalam, maka kehidupan baru telah LAHIR.

HAL-HAL BESAR selalu dimulai DARI DALAM.

Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa
•langit itu selalu biru,
•Bunga selalu mekar,
•Mentari selalu bersinar

Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi:

*Pelangi di setiap badai,
*Senyum di setiap air mata,
*Berkah/manfaat  di setiap cobaan,
*Jawaban di setiap doa.

Jangan pernah menyerah sahabat.
Terus berjuanglah.

“Life is so beautiful..”.

* Hidup bukanlah suatu tujuan, melainkan perjalanan maka nikmatilah.
* Hidup adalah tantangan, hadapilah.
* Hidup adalah anugerah, terimalah.
* Hidup adalah tugas, selesaikanlah.
* Hidup adalah cita-cita, capailah.
* Hidup adalah misteri, singkapkanlah.
* Hidup adalah kesempatan, ambillah.
* Hidup adalah lagu, nyanyikanlah.
* Hidup adalah janji, penuhilah.
* Hidup adalah keindahan, bersyukurlah.
* Hidup adalah teka-teki, pecahkanlah.

1 hal buat kita Bahagia adalah CINTA
1 hal buat kita bertambah Dewasa adalah MASALAH
1 hal buat kita Hancur adalah PUTUS ~ ASA
1 hal buat kita Maju adalah USAHA
1 hal buat kita Kuat adalah DOA.

Dan Alloh SWT .. Ridhlo.....

Ya Hayyul Qayyum…
Tambahkan ilmu pengetahuan kami. Mudahkan rizqi kami. Mulyakan diri dan keluarga kami. Angkat derajat kami.

Ya Mujiib, kabulkanlah seluruh doa-doaku.

آمين... يَا رَ بَّالعَـــالَمِيْن.

Jumat, 28 Oktober 2016

Kebiasaan yang Sering Muncul

Kebiasaan Yang Sering Muncul
1.ajakan melakukan kebajikan.....haruslah memang menjadi kebiasaan kita (in shaa Allah....orang yang menuju taqwa) dan sekaligus memang perintah Allah untuk hamba hamba-Nya yang kepingin ber untung/sukses dan bahagia,ex .Qs.al-Ash,
Untuk mewujudkan semua itu, Allah mengisyaratkan,hendaknya manusia melakukan semua itu dengan ikhlas untuk mencari keridhoan Allah.
Bagaimana mengaplikasikan ikhlas....di Qur'an dan hadits telah banyak di jelaskan,bisa dengan cara sembunyi sembunyi atau terang terangan,
Secara character yang sembunyi lebih berpeluang untuk ikhlas, tapi.....juga belum pasti ikhlas,begitu juga sebaliknya.....
Yang pasti hanya Allah dan pelakunya yang tau.....
2.melihat padatnya arus informasi yang berada di sekitar kita, yang......maaf,cenderung yang jelek,ke sia siaan,kemaksiatan.....kuat mempengaruhi kita.....
Untuk itulah menurut saya, kita perlu zona/lingkungan yang kondusif....ex....ajakan untuk tahajud, mengaji, ber laku adil,memuliakan orang tua,rumah Allah,dll
Karena jika hal itu tidak kuat di munculkan, maka yang negatif akan merajai/menguasai suasana lingkungan di sekitar kita....
Ex.....wanita dan laki laki menggunakan pakaian seminim mungkin,mereka santai,cuek......bagaimana resiko dari prilaku mereka? Ada kah orang mau menegur?
Lalu di saat yang sama ada wanita pakai jubah dan laki laki pakai Jenggot dan celana cingkrang?...
Terkadang orang lebih tertarik mengurus pakaian yang ke-2(muslim ttt),
Sementara kalau di lihat dampak negatifnya.....in shaa Allah akan lebih banyak ,pada busana mode yang ke-1.....
Untuk melihat ke ikhlasan,...kita sama sama tidak tau...
Tapi saya akan lebih ber terima kasih jika lingkungan saya lebih banyak menggunakan busana mode ke-2,
Begitu juga akhir akhir ini,saya mensosialisasikan dzikir dengan melafalkan hingga bibir betul betul bergerak dan penghayatan,dengan cara ini Qalbu akan ber proses,ber beda dengan zikir tanpa menggerakkan bibir...(bisa di coba),umumnya tidak sampai menggerakkan Qalbu,.....sehingga dampak ke character akan berubah....( hasil penelitian Qalbu Madani)
Ada pertanyaan....apakah pola dzikir dengan bibir terlihat dan keluar bacaan lembut/syir..dengan penghayatan...
Apakah nanti tidak di katakan riyak......
Saya jawab saat itu yang tau hati orang yang ber dzikir siapa?....
Bukankah Allah dan dirinya....
Dzikir seperti itulah yang di lakukan di zaman rasulullah dan para sahabat.....
Saya ber tanya balik.....kenapa anda ragu untuk melakukan itu....karena takut di anggap riyak....
Sementara di sana sini, di jalan, di banyak tempat,orang ber nyanyi,tertawa, teriak......
Mereka nggak perduli dan tidak ada sekitar nya yang mengoreksi nya...
Mengapa fenomena ini berbalik
Yang menampakkan kebaikan menjadi bahan koreksi saudara kita yang muslim dan umum,sementara yang ber prilaku yang tidak tepat, bahkan yang melanggar agama....tidak menjadi bahan koreksi untuk banyak lapisan di masyarakat?
3.saudaraku....pergeseran pemahaman pemahaman mendasar sudah banyak bergeser,saya katakan nyaris Indonesian menjadi sekuler......
Coba kita perhatikan, 2-3 periode di atas kita....
Beliau jika akan melakukan sesuatu....yang di pikirkan awal adalah bagaimana menurut agama,.....jika di perbolehkan,...baru bertindak....tapi bagaimana sekarang atau anak anak kita?
Untuk melakukan sesuatu kita jarang terpikirkan, agama membolehkan/tidak?
Ex....mulai masalah peran wanita di masyarakat/sosial dan pekerjaan?
Wanita dalam rumah tangga
Poligami, politik dll
Saya merasakan semuanya sudah bergeser.....
Kalau orang bicara semua itu untuk moderenisasi,biar berkwalitas...dll
Kalau kita ingin melihat kwalitas dari suatu bangsa,maka kita harus melihat peradaban yang pernah ada di muka bumi ini.
Coba kita lihat peradaban yang paling kuat dan cepat di bangun yang pernah ada di muka bumi ini hanya 1,peradaban islam
Hanya 23 th...rasulullah mampu merubah jazirah arab dan sekitar nya,hanya memerlukan waktu 60th(dari rasulullah menerima wahyu-khalifah ali bin abi thalib)...1/2 lebih dari dunia ,berada dalam naungan islam...
Adakah sistem,manusia dan apapun namanya....
Melebihi dari peradaban islam?
Lalu mengapa dalam hidup kita....jarang menggunakan islam(Qur'an dan Hadits)sebagai literatur utama dalam pemikiran kita?
Saudaraku.....
Saatnya kita ber satu,dukung semua kebaikan yang dilakukan saudara kita,selama tidak mengajak ke musyrikan....
Do'akan saudara kita untuk lebih baik dan sempurna....
Karena musuh yang nyata sudah dihadapan kita,terang terangan.....dan berani melawan kita......
Maka tunjukkan lah rasa syukur kita pada Allah dengan selalu menjaga dan mengurus agama-Nya,....maaf dan mks (dr.Arajs)

Rabu, 26 Oktober 2016

The Last Lecture

"THE LAST LECTURE"
(Pengajaran Terakhir)

KUNCI UNTUK MEMBUAT HIDUP ANDA LEBIH BAIK

   Terdiri atas : 
-- Personality
-- Community and
-- Life. 

Berikut penjelasannya.

   A.  PERSONALITY :

1. Jangan membandingkan hidup kita dengan orang lain karena kita tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui.

2. Jangan berpikir negatif akan hal-hal yang berada diluar kendali kita, melainkan salurkan energi kita menuju kehidupan yang dijalani saat ini, secara positif

3. Jangan bekerja terlalu keras, jangan lewati batasan kemampuan kita.

4. Jangan memaksa diri kita untuk selalu perfect, tidak ada satu orang pun yang sempurna.

5. Jangan membuang waktu kita yang berharga untuk gosip.

6. Bermimpilah saat kita bangun (bukan saat tertidur).

7. Iri hati akan membuang-buang waktu, karena kita sudah memiliki semua kebutuhan kita.

8. Lupakan masa lalu. Jangan mengungkit kesalahan siapapun di masa lalu. Hal itu akan merusak kebahagiaan kita saat ini.

9. Hidup terlalu singkat untuk membenci siapapun itu. Belajarlah untuk mencintai kebaikan orang lain.

10. Berdamailah dengan masa lalu kita agar hal tersebut tidak menganggu masa ini.

11. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan kita kecuali kita.

12. Sadari bahwa hidup adalah sekolah, dan kita berada di sini sebagai pelajar. Masalah adalah bagian daripada kurikulum yang datang dan pergi seperti kelas aljabar (matematika) tetapi, pelajaran yang kita dapat bertahan seumur hidup.

13. Senyumlah dan tertawalah.

14. Kita tidak dapat selalu menang dalam perbedaan pendapat. Belajarlah menerima kekalahan.

      B. COMMUNITY :

15. Hubungi keluarga kita sesering mungkin, terutama orangtua.

16. Setiap hari berikan sesuatu yang baik kepada orang lain, terutama tetangga.

17. Ampuni setiap orang untuk segala hal

18. Habiskan waktu dengan orang-orang di atas umur 70 dan di bawah 6 tahun.

19. Coba untuk membuat paling sedikit 3 orang tersenyum setiap hari.

20. Apa yang orang lain pikirkan tentang kita bukanlah urusan kita.

21. Pekerjaan kita tidak akan menjaga kita di saat kita sakit, tetapi keluarga dan teman kita. Tetaplah berhubungan baik

           C. LIFE :

22. Jadikan Allah sebagai yang pertama dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan kita.

23. Allah menyembuhkan segala sesuatu.

24. Lakukan hal yang benar.

25. Sebaik / seburuk apapun sebuah situasi, hal tersebut akan berubah.

26. Tidak peduli bagaimana perasaan kita, bangun, berpakaian, dan keluarlah !

27. Yang terbaik belumlah tiba.

28. Buang segala sesuatu yang tidak berguna, tidak indah, atau mendukakan.

29. Ketika kita bangun di pagi hari, berterima kasihlah pada Allah untuk itu.

30. Jika kita mengenal Allah, kita akan selalu bersukacita.
So, Be Happy.

Mati tidak menunnggu Tua.....
Mati tidak menunggu sakit...
Nikmati hidup..........
Sebelum hidup tidak bisa dinikmati.

Selasa, 25 Oktober 2016

RAHASIA ZUHUD ULAMA IMAM HASAN AL-BASHRI

RAHASIA ZUHUD
ULAMA IMAM HASAN AL-BASHRI !!!

1. AKU TAHU rizqiku tidak akan diambil orang lain, karena itu hatiku selalu tenang.

2. AKU TAHU amalku tidak akan dikerjakan orang lain, karena itulah aku sibuk beramal shaleh.

3. AKU TAHU ALLAH Ta'ala selalu memperhatikanku, karena itulah aku malu jika ALLAH melihatku sedang dalam maksiat.

4. DAN AKU TAHU kematian itu sudah menungguku, karena itulah aku selalu menambah bekal untuk hari pertemuanku dengan ALLAH...

🌿 Jangan tertipu dengan usia MUDA karena syarat mati tidak harus TUA !

🌿 Jangan terpedaya dengan tubuh yang SEHAT karena syarat mati tidak mesti SAKIT !

🌿 Jangan terpedaya dengan harta kekayaaan sebab si kaya pun tidak pernah menyiapkan kain kafan buat dirinya meski cuma selembar !

🌿 Mari terus berbuat BAIK, berniat untuk BAIK, berkata yang BAIK-BAIK, memberi nasihat yang BAIK, meskipun tidak banyak orang yang mengenalmu dan tidak suka dengan nasihatmu. Cukuplah Allah yang mengenalimu lebih dari pada orang lain !

🌿 Jadilah JANTUNG yang tidak terlihat, tetapi terus berdenyut setiap saat hingga kita terus dapat hidup, berkarya dan menebar manfaat bagi sekeliling kita sampai diberhentikan oleh-NYA !

🌿 WAKTU YANG KUSESALI ADALAH JIKA DARI PAGI HINGGA MATAHARI TERBENAM, AMALKU TIDAK BERTAMBAH SEDIKITPUN, PADAHAL AKU TAHU SAAT INI UMURKU TERUS BERKURANG (Ibnu Mas'ud r.a).mks

Peluang Syurga

Peluang Syurga

Bgmn kita sbg umat terakhir Nabi Muhammad SAW tdk merasa untung, bahagia & penuh harap dg memperhatikan hadist berikut:

- Saya akan mendatangi pintu Syurga pd hr Kiamat dg mengetuknya, penjaga Syurga bertanya"Siapa kamu? "Aku jwb                       " Muhammad" lalu penjaga Syurga mengatakan "Demi engkau saya diperintah tdk membuka pintu ini bagi siapapun seblm engkau " (HR Ahmad dr Anas),
**Harapan kita siapa tahu kita sdh berada di belakang Rasulullah saat itu? Aamiin

- Saya diberi 5 perkara yg tdk diberikan kpd seorang rasulpun seblm ku yaitu :1. Aku ditolong dg rasa kantuk yg dialami oleh musuh selama 2 bln, 2. Aku diberi kunci2 bumi, 3.Dijadikan bumi bagiku sbg tempat sujud yg suci, 4. Dijadikan umatku sbg umat terbaik, 5.Diberikan syafaat & bukti kenabian yg diutus kpd kaumku & diutus utk seluruh manusia seluruhnya ( HR Buchori & Muslim)
** Smoga kita bisa mengaplikasikan shg menjadi umat terbaik; insyaa Allah

- 70 ribu orang umatku memasuki syurga tanpa hisab, wajah2 mereka spt bln purnama & hati mereka satu, lalu aku minta tambahan, kemudian Allah Yang Maha Tinggi &  Mulia memberi tambahan setiap 1 orang membawa 70 ribu orang lagi (HR Ibnu Marduya dr Ibnu Abbas)
** 70 ribu dikali 70 ribu kan 4,9 milyard? siapa tahu kita termasuk salah satunya, aamiin..Yra..
Allahu A'lam bi showab .. 🌿.mks

Jumat, 21 Oktober 2016

Seekor Anjing Marah Ketika Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam di Hina

SEEKOR ANJING SAJA MARAH KETIKA NABI MUHAMMAD SAW DI HINA.

Al Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah bercerita di Dalam Kitabnya :

Pernah suatu hari ada sekelompok orang dari kalangan pembesar Nashrani menghadiri sebuah perayaan seorang pemimpin Mongol yang telah murtad (menjadi Nashrani).

Dan pada perayaan itu ada seorang pendeta yang menghina Nabi SAW, sedangkan di sana ada seekor anjing pemburu yang terikat.

Maka saat si penyembah salib yang dengki ini mulai mencela Nabi SAW anjing tersebut menggonggong dengan keras lalu kemudian menerkam si Nashrani itu dan mencakar wajahnya.

Maka orang-orang yang melihatnya terkejut dan segera berusaha menyelamatkannya. Lantas sebagian orang yang hadir berkata: Itu diakibatkan hinaanmu kepada Muhammad SAW.

Lantas si Nashrani berkata: Tidak, Anjing ini hanya spontanitas karena melihat isyarat tanganku dan disangkanya aku ingin memukulnya.

Namun kemudian Si Nashrani ini mengulang kembali celaannya terhadap Nabi SAW dengan perkataannya yang sangat keji. Maka si anjing pun berhasil lepas dari ikatannya dan langsung saja menyambar leher si Nashrani itu dan merobek hingga bagian dadanya yang paling atas.
Orang itu pun mati seketika.

Karena kejadian ini, ada sekitar 40.000 orang Mongol masuk Islam.

Di zaman kita, apakah anjing lebih mulia dan lebih pemberani daripada manusia?

_{Lihat: Al Haafidz Imam Ibnu Hajar Al Asqolany didalam kitab "AdDurarurl Kaaminah Fi A'ayaanil Miati Tsaaminah" Jilid 4 Halaman 153.}_

قصة الكلاب الذى انقض على النصراني الذى شتم النبي

ابن حجر العسقلاني

أَن بعض أُمَرَاء الْمغل تنصر فَحَضَرَ عِنْده جمَاعَة من كبار النَّصَارَى والمغل فَجعل وَاحِد مِنْهُم ينتقص النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم وَهُنَاكَ كلب صيد مربوط فَلَمَّا أَكثر من ذَلِك وثب عَلَيْهِ الْكَلْب فخمشه فخلصوه مِنْهُ وَقَالَ بعض من حضر هَذَا بكلامك فِي مُحَمَّد صلى الله عَلَيْهِ وَسلم فَقَالَ كلا بل هَذَا الْكَلْب عَزِيز النَّفس وَآل أُشير بيَدي فَظن أَنِّي أُرِيد أَن أضربه ثمَّ عَاد إِلَى مَا كَانَ فِيهِ فَأطَال فَوَثَبَ الْكَلْب مرّة أُخْرَى فَقبض على زردمته فقلعها فَمَاتَ من حِينه فَأسلم بِسَبَب ذَلِك نَحْو أَرْبَعِينَ ألفا من الْمغل

ابن حجر العسقلاني، الدرر الكامنة في أعيان المائة الثامنة، ت محمد عبد المعيد ضان، مجلس دائرة المعارف العثمانية، صيدر اباد - الهند، الطبعة الثانية 1392هـ/ 1972م ج 4 ص 153.

"Jangan Sampai Seekor Anjing Masih Lebih Mulia Karena Membela Kehormatan Nabi SAW , Dibanding Yg Mengaku Muslim Tapi Membela Penghina Al Qur'an"

Kamis, 20 Oktober 2016

Qonaah

RAKUS dan TAMAK adalah PENYAKIT yang MERUSAK

Diriwayatkan oleh Imam al-Ghazali, suatu ketika kaum Bani Israil bertanya kepada Nabi Musa a.s : “Tanyakan kepada Tuhanmu kami memperoleh apa, bila mengerjakan sesuatu. Sebab kami telah amalkan apa yang Dia (Allah) inginkan”.

Nabi Musa a.s berkata: “Ya Tuhanku, Engkau benar-benar sudah mendengar apa yang mereka katakan padaku”. Allah SWT berfirman kepada nabi Musa a.s: “Hai Musa, katakanlah pada mereka, ‘Mereka harus ridla kepada-Ku. Aku pun akan ridla terhadap mereka” (Imam al-Ghazali, Mukasyafat al-Qulub).

Kisah tersebut memberi arti, bahwa setelah kita melakukan amal shalih, janganlah berharap-harap balasan berupa harta duniawi. Usai beramal, serahkanlah kepada-Nya. Hanya satu yang harus diharap; ridla-Nya, tidak lainnya. Cukup dengan ridla-Nya, amal kita pasti dibalas dengan setimpal kelak.

Menerima ridla-Nya itu berarti kita harus qana’ah. Menurut Abu Abdilllah bin Khafifi, qana’ah adalah meninggalkan angan-angan terhadap sesuatu yang tidak ada dan menganggap cukup dengan sesuatu yang ada.

Qana’ah adalah pintu menjadi hamba Allah yang cerdas, sedangkan tamak (rakus) dan pendengki adalah jendela pembuka kerusakan.

Imam Abu Bakar al-Maraghi bernah bertutur kepada murid-muridnya:”Orang yang berakal sehat adalah orang yang mengatur urusan dunia dengan sikap qana’ah dan mengatur urusuan agama dengan ilmu dan ijtihad” (Abdul Karim al-Qursyairi, Risalah al-Qusyairiyah).

Menurut Imam Turmuzi, qana’ah itu adalah jiwa yang rela terhadap pemberian rezeki yang telah ditentukan, dan tidak berkeinginan terhadap sesuatu yang tidak ada hasilnya. Pada dasarnya berangan-angan terhadap sesuatu yang tidak hasilnya adalah angan-angan orang yang bodoh.

Tentunya, orang yang berakal dan cerdas seperti itu adalah orang memahami siapa diri dan harus bagaimana diri ini. Orang yang qona’ah, adalah orang yang hidupnya terbebas dari segala macam belenggu nafsu dan ambisi. Hal ini adalah disebabkan karena mereka merasa yakin dan percaya sepenuhnya akan kebijakan adil Allah SWT.

Menurut Imam al-Ghazali, kemuliaan seorang hamba itu bermula dari qana’ah dan kehinaannya berawal dari sifat tamak. Makanya, qana’ah adalah karakter utama mukmin sejati. “Qana’ah itu ibarat raja yang tidak mau bertempat tinggal kecuali di hati mukmin” kata Imam al-Qusyairi. Sedangkan orang yang tamak selalu dikejar-kejar nafsu untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya, tanpa memperdulikan apakah harta tersebut diperoleh dengan cara yang halal ataukah haram.

Untuk menjadi orang yang qan’ah, maka kita perlu memperbanyak syukur, bersikap wara’ dan menghindari gaya hidup yang berlebihan.

Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah orang yang wara’, maka engkau akan menjadi orang yang paling ahli beribadah. Jadilah orang yang qana’ah, maka engkau akan menjadi orang yang paling ahli bersyukur. Cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai diri sendiri, maka engkau akan menjadi mukmin yang baik. Berbuatlah baik kepada tetanggamu, maka engkau akan menjadi orang Islam yang baik. Sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (HR. Al-Baihaqi).

Seseorang yang apabila di dalam hatinya terdapat sifat wara’, maka hidupnya akan tenang dan tentram tanpa terusik oleh nafsu untuk menguasai dunia (harta). Dalam usahanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, ia akan selalu memperhatikan ketentuan-ketentuan Allah (pantang baginya mendapat barang atau harta yang meragukan hatinya, apalagi yang haram).

Hindari Tamak!

Orang tamak pada hakikatnya menurut al-Ghazali adalah orang fakir, mengutip pendapat Umar bin Khattab r.a ia mengakatan; “Sesungguhnya tamak adalah kefakiran, sementara membuang iri hati terhadap rizki orang lain justru adalah kekayaan.”

Sifat tamak dan dengki biasa berjalan bersamaan. Keduanya sama-sama perusak kehidupan seorang mukmin. Diriwayatkan dari Abu Ayyub al-Anshari Rasulullah SAW pernah menasihatinya: “Jika engkau shalat, lakukanlah shalatmu itu seakan-akan terakhir kalinya (berpamitan untuk mati), janganlah berbicara dengan pembicaraan yang membuatmu kelak tak dapat memberikan alasannya dan jangan berharp terhadap sesuatu yang sudah dipegang orang lain.”

Nafsu manusia jika tidak dikontrol iman sangat mudah jatuh pada sifat ketamakan. Jika manusia memiliki satu lembah emas, tentu dia menginginkan yang keduanya. Dan apabila ia telah memiliki dua lembah emas, tentu ia menginginkan yang ketiga. Kata para ulama, tidak ada yang dapat memenuhi perut mereka kecuali mati. Selama manusia bernafas, ia selalu saja digoda setan dengan ketamakan dan dengki.

Janganlah dibiarkan kerakusan bercokol di dalam hati kita. Ada kecenderungan orang yang rakus itu menjadi jahat, merasa ringan berbuat maksiat bahkan rela mengorbankan kemuliaan, sekedar untuk memuaskan ambisi nafsunya.

Hati-hatilah dengan sifat rakus. Rakus itu merusakkan tatanan kehidupan. Hatinya selalu bergejolak bagaimana memenuhi keinginan nafsunya saja. Kerakusan harus kita lemahkan. Sifat ini biasanya mencengkeram jiwa di saat kita mulai memiliki sifat iri dengki. Dan kadang dimulai dari angan-angan/imajinasi kosong kita tentang harta. Kerakusan dapat kita lemahkan dengan belajar hidup sederhana, wara’ dan qana’ah.

Tamak dan rakus kepada dunia, dapat menyebabkan hati seseorang terombang-ambing dan selalu dikejar-kejar nafsu untuk menumpuk harta sebanyak-banyaknya. angkuh, cinta akan dunia, tidak amanah dan iri hati. Jadi tamak tidak saja merusak kadar iman, tapi juga membuka pintu kegagalan hidup.

Wallaahu a’lam bisshowaab.

Rabu, 19 Oktober 2016

Ghirah Sang Buya Hamka

Assalamu'alaikum bpk-ibu
Ghirah Sang Buya
Mungkin banyak yang sudah melupakan buku Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam karya Buya Hamka. Buku itu memang tipis saja, nampak tidak sebanding dengan koleksi masif seperti Tafsir Al Azhar, namun tipisnya buku tidak identik dengan kurangnya isi, apalagi pendeknya visi. Sesuai judulnya, buku tersebut membahas masalah-masalah seputar ghirah dengan bercermin pada kasus-kasus yang terjadi di Indonesia. Meskipun buku ini diterbitkan pada awal tahun 1980-an, pada kenyataannya masih banyak pelajaran yang dapat kita ambil untuk dipraktekkan dalam kehidupan di masa kini.

Buya Hamka memulai uraiannya dengan sebuah kasus yang dijumpainya di Medan pada tahun 1938. Seorang pemuda ditangkap karena membunuh seorang pemuda lain yang telah berbuat tidak senonoh dengan saudara perempuannya. Sang pemuda pembunuh itu pun dihukum 15 tahun penjara. Akan tetapi, tidak sebagaimana narapidana pada umumnya, sang pemuda menerima hukuman dengan kepala tegak, bahkan penuh kebanggaan. Menurutnya, 15 tahun di penjara karena membela kehormatan keluarga jauh lebih mulia daripada hidup bebas 15 tahun dalam keadaan membiarakan saudara perempuannya berbuat hina dengan orang.

Dalam sejarah peradaban Indonesia, suku-suku lain pun memiliki semangat yang tidak kalah tingginya dalam menebus kehormatan. Menurut Hamka, bangsa-bangsa Barat sudah lama mengetahui sifat ini. Mereka telah berkali-kali dikejutkan dengan ringannya tangan orang Bugis untuk membunuh orang kalau kehormatannya disinggung. Demikian pula orang Madura, jika dipenjara karena membela kehormatan diri, setelah bebas dari penjara ia akan disambut oleh keluarganya, dibelikan pakaian baru dan sebagainya. Orang Melayu pun dikenal gagah perkasa kalau sampai harga dirinya disinggung. Bila malu telah ditebus, biasanya mereka akan menyerahkan diri pada polisi dan menerima hukuman yang dijatuhkan dengan baik.

Di masa lalu, anak-anak perempuan di ranah Minang betul-betul dijaga. Para pemuda biasa tidur di surau untuk menjaga kampung, salah satunya untuk menjaga agar anak-anak gadis tidak terjerumus dalam perbuatan atau pergaulan yang menodai kehormatan kampung. Pergaulan antara lelaki dan perempuan dibolehkan, namun ada batas-batas tegas yang jangan sampai dilanggar. Kalau ada minat, boleh disampaikan langsung kepada orang tua.

Di jaman Rasulullah saw. dulu pernah ada juga kejadian dahsyat yang berawal dari suatu peristiwa (yang mungkin dianggap) kecil saja. Seorang perempuan datang membawa perhiasannya ke seorang tukang sepuh Yahudi dari kalangan Bani Qainuqa’. Selagi tukang sepuh itu bekerja, ia duduk menunggu. Datanglah sekelompok orang Yahudi meminta perempuan itu membuka penutup mukanya, namun ia menolak. Tanpa sepengetahuannya, si tukang sepuh diam-diam menyangkutkan pakaiannya, sehingga auratnya terbuka ketika ia berdiri. Jeritan sang Muslimah, yang dilatari oleh suara tawa orang-orang Yahudi tadi, terdengar oleh seorang pemuda Muslim. Sang pemuda dengan sigap membunuh si tukang sepuh, kemudian ia pun dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Perbuatan yang mungkin pada awalnya dianggap sebagai candaan saja, dianggap sebagai sebuah insiden serius oleh kaum Muslimin. Rasulullah saw. pun langsung memerintahkan pengepungan kepada Bani Qainuqa’ sampai mereka menyerah dan semuanya diusir dari kota Madinah.

Itulah ghirah, yang diterjemahkan oleh Buya Hamka sebagai “kecemburuan”.

Penjajahan kolonial di Indonesia membawa masuk pengaruh Barat dalam pergaulan muda-mudi bangsa Indonesia. Pergaulan lelaki dan perempuan menjadi semakin bebas, sejalan dengan masifnya serbuan film-film Barat. Batas aurat semakin berkurang, sedangkan kaum perempuan bebas bekerja di kantor-kantor. Demi karir, mereka rela diwajibkan berpakaian minim, sedangkan keluarganya pun merasa terhormat jika mereka punya karir, tidak peduli bagaimana caranya. Tidak ada lagi kecemburuan.

Tidak ada yang boleh marah melihat anak perempuannya digandeng pemuda yang entah dari mana datangnya. Suami harus lapang dada kalau istrinya pergi bekerja dengan standar berpakaian yang jauh dari syariat, karena itulah yang disebut “tuntutan pekerjaan”.

Sesungguhnya ghirah itu merupakan bagian dari ajaran agama. Pemuda Muslim yang membela saudarinya dari gangguan orang-orang Yahudi Bani Qainuqa’ menjawab jerit tangisnya karena adanya ikatan aqidah yang begitu kuat. Menghina seorang Muslimah sama dengan merendahkan umat Islam secara keseluruhan.
Ghirah adalah konsekuensi iman itu sendiri. Orang yang beriman akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agamanya itu akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri. Bangsa-bangsa penjajah pun telah mengerti tabiat umat Islam yang semacam ini. Perlahan-lahan, dikulitinyalah ghirah umat. Jika rasa cemburunya sudah lenyap, sirnalah perlawanannya.

Buya Hamka mengkritik keras umat Muslim yang memuji-muji Mahatma Gandhi tanpa pengetahuan yang memadai. Gandhi memang dikenal luas sebagai tokoh perdamaian yang menganjurkan sikap saling menghormati di antara umat beragama, bahkan ia pernah mengatakan bahwa semua agama dihormati sebagaimana agamanya sendiri. Pada kenyataannya, Gandhi berkali-kali membujuk orang-orang dekatnya yang telah beralih kepada agama Islam agar kembali memeluk agama Hindu. Kalau tidak dituruti keinginannya, Gandhi rela mogok makan. Itulah sikap sejatinya, yang begitu cemburu pada Islam, sehingga tidak menginginkan Islam bangkit, apalagi memperoleh kemerdekaan dengan berdirinya negara Pakistan.

Dua dasawarsa lebih berlalu dari wafatnya Hamka, nyatalah bahwa hilangnya ghirah adalah salah satu masalah terbesar yang menggerogoti umat Islam di Indonesia. Sekarang, orang tua pun rela menyokong habis-habisan anak perempuannya untuk menjadi mangsa dunia hiburan. Para ibu mendampingi putri-putrinya mendaftarkan diri di kontes-kontes model dan kecantikan, yang sebenarnya hanya nama samaran dari kontes mengobral aurat.

Kalau kepada putri sendiri sudah lenyap kepeduliannya, kepada agamanya pun begitu. Makanan fast food dikejar karena prestise, tak peduli keuntungannya melayang ke Israel untuk dibelikan sebutir peluru yang akhirnya bersarang di kepala seorang bayi di Palestina. Kalau ada yang menyeru orang untuk membela Palestina, maka tidak nasionalislah dia, karena di tanah air masih banyak yang mati lapar, sedangkan ia hendak menolong orang di seberang lautan. Padahal yang menyumbang untuk Palestina adalah juga mereka yang berkubang menolong orang-orang miskin di tanah air, sedangkan yang menyindir itu sejatinya tidak pernah membantu umat, baik di tanah air maupun di tanah seberang. Kalau dulu seluruh kekuatan militer umat Islam dikerahkan untuk mengepung Bani Qainuqa’ hanya karena satu Muslimah dihina oleh tukang sepuh, maka kini jutaan perempuan Muslimah diperkosa, jutaan kepala bayi diremukkan dan jutaan pemuda dibunuh, namun tak ada satu angkatan bersenjata pun yang datang menolong.

Luar biasa generasi anak-cucu Buya Hamka, karena mereka telah benar-benar mati rasa dengan agamanya sendiri. Ketika anak-anak muda dibombardir dengan pornografi, maka umatlah yang dipaksa diam dengan alasan kebebasan berekspresi. Tari-tarian erotis digelar sampai ke kampung-kampung yang penduduknya tak punya cukup nasi di dapurnya, hingga yang terpikir oleh mereka hanya jalan-jalan yang serba pintas. Ramai orang mengaku nabi, sementara para pemuka masyarakat justru menyuruh umat Islam untuk berlapang dada saja. Padahal yang mengaku-ngaku nabi ini ajarannya tidak jauh berbeda: syariat direndahkan, kewajiban-kewajiban dihapuskan, para pengikut disuruh mengumpulkan uang tanpa peduli caranya, orang lain dikafirkan, bahkan para pengikutnya yang perempuan disuruh memberikan kehormatannya pada sang nabi palsu. Atas nama Hak Asasi Manusia, umat disuruh rela berbagi nama Islam dengan para pemuja syahwat.

Atas nama toleransi, dulu umat Islam digugat karena penjelasan untuk Surah Al-Ikhlash dalam buku pelajaran agama Islam dianggap melecehkan doktrin trinitas. Kini, atas nama pluralisme, umat Islam dipaksa untuk mengakui bahwa semua agama itu sama-sama baik, sama-sama benar, dan semua bisa masuk surga melalui agamanya masing-masing. Maka pantaslah bagi kita untuk merenungkan kembali pesan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar ketika menjelaskan makna dari ayat ke-9 dalam Surah Al-Mumtahanah:
...orang yang mengaku dirinya seorang Islam tetapi dia berkata; “Bagi saya segala agama itu adalah sama saja, karena sama-sama baik tujuannya.” Orang yang berkata begini nyatalah bahwa tidak ada agama yang mengisi hatinya. Kalau dia mengatakan dirinya Islam, maka perkataannya itu tidak sesuai dengan kenyataannya. Karena bagi orang Islam sejati, agama yang sebenarnya itu hanya Islam.

Kecemburuan adalah konsekuensi logis dari cinta. Tak ada cemburu, mustahil ada cinta.

Dan apabila Ghirah telah tak ada lagi, ucapkanlah takbir empat kali ke dalam tubuh ummat Islam itu. Kocongkan kain kafannya lalu masukkan ke dalam keranda dan hantarkan ke kuburan. (Buya Hamka)

wassalaamu’alaikum

Selasa, 18 Oktober 2016

Kebahagiaan

Renungan untuk kita semua....
Suatu ketika Margaret, istri John Maxwell (motivator top dunia) menjadi pembic ara di seminar ttg "Kebahagiaan". Maxwell, sang suami duduk mendengarkan di bangku paling depan.
Selesai ceramah, pd sesi tanya jawab, seorang ibu mengacungkan tangannya & bertanya, "Mrs. Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?" Seluruh ruangan langsung terdiam. Margaret tampak berpikir sejenak & kemudian menjawab, "Tidak..." Seluruh hadirin terkejut. "Tidak..." katanya sekali lagi, "John Maxwell tidak bisa membuatku bahagia".
Hadirin langsung menoleh ke arah Maxwell. Maxwell juga me-noleh2 mencari pintu keluar. Rasanya ingin cepat2 keluar.
Kemudian, Margaret melanjutkan, "John Maxwell adalah seorang suami yang sangat baik. Ia tidak pernah berjudi & mabuk. Ia seorang suami yang setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani. Tapi, tetap dia tidak bisa membuatku bahagia."
Seorang yang hadir bertanya, "Mengapa?" Jawabnya, "Karena *TIDAK ADA SEORANG PUN DI DUNIA INI YG BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEBAHAGIAANKU SELAIN DIRIKU SENDIRI."* Margaret menjelaskan, "Tidak ada orang lain yang bisa membuatmu bahagia. Baik itu pasangan hidupmu, sahabatmu, uangmu, hobimu. Semua itu tidak bisa membuatmu bahagia. Yang bisa membuat dirimu bahagia adalah dirimu sendiri. Kamulah yang bertanggung jawab atas dirimu sendiri. Kalau kamu selalu bersyukur, tidak pernah punya perasaan minder, selalu percaya diri, selalu berbuat baik, tidak punya musuh, kamu tidak akan merasa sedih. Pola pikir kitalah yang menentukan apakah kita bahagia atau tidak, bukan faktor luar. Bahagia tidaknya hidupmu bukan ditentukan oleh seberapa kaya dirimu, cantik istrimu/gagah suamimu, atau sesukses apa hidupmu. Bahagia itu PILIHANMU SENDIRI". Always happy and happy always. ....................................

hari ini kita mau bahagia atau tidak... adalah pilihan kita sendiri.

Senin, 17 Oktober 2016

Lihatlah Dengan Hatimu

LIHATLAH DENGAN HATIMU

S‎ebuah kapal pesiar mengalami kecelakaan di laut dan akan segera tenggelam.

Sepasang suami istri berlari menuju ke sekoci untuk menyelamatkan diri. ‎
Sampai di sana, mereka menyadari bahwa hanya ada tempat untuk satu orang yg tersisa. 

Segera sang suami melompat mendahului istrinya utk mendapatkan tempat itu.
Sang istri hanya bisa menatap kepadanya sambil meneriakkan sebuah kalimat sebelum sekoci menjauh dan kapal itu benar2 tenggelam. ‎

Guru yg menceritakan kisah ini bertanya pada murid2nya,
_“Menurut kalian, apa yg istri itu teriakan sebelum ia tenggelam?”_

Sebagian besar murid2 itu menjawab :
_“Aku benci kamu!”_
_“Kamu tau aku buta!!”_
_“Kamu egois!”_
_"Nggak tanggung jawab!"_
_“Nggak tau malu!”_

Tapi ada seorang murid yg hanya diam saja. Guru itu meminta murid yg diam saja itu menjawab.  
Kata si murid : _“Guru, saya yakin si istri pasti berteriak, *‘Tolong jaga anak kita baik-baik...’”‎*_

Guru itu terkejut dan bertanya : _“Apa kamu sudah pernah dengar cerita ini sebelumnya?”_

Murid itu menggeleng. _“Belum pak. Tapi itu yg dikatakan oleh ibu saya sebelum dia meninggal karena penyakit kronis.”_

Guru itu menatap seluruh kelas dan berkata :
_“Jawaban ini benar.”_

_"Kapal itu kemudian benar2 tenggelam dan sang suami pulang membesarkan dan mendidik anak mereka sendirian."_

Bertahun2 kemudian setelah sang suami meninggal, anak itu menemukan buku harian ayahnya.

Di sana dia menemukan kenyataan bahwa, saat orangtuanya  naik kapal pesiar itu, mereka sudah mengetahui bahwa sang ibu menderita penyakit kanker ganas dan akan segera meninggal. 

Karena itulah, di saat darurat itu, ayahnya memutuskan mengambil satu2nya kesempatan untuk bertahan hidup.  

Dia menulis di buku harian itu,  _“Betapa aku berharap untuk mati di bawah laut bersama denganmu. Tapi demi anak kita, aku terpaksa dg hati menangis membiarkan kamu tenggelam sendirian untuk selamanya di bawah sana...”_

Cerita itu selesai. Dan seluruh kelas pun terdiam.

Guru itu kemudian menjelaskan murid2nya  hikmah dari cerita tsb.

_Bahwa, kebaikan dan kejahatan di dunia ini tidak sesederhana yg kita sering pikirkan._ Ada berbagai macam komplikasi dan alasan di baliknya yg kadang sulit dimengerti.

Karena itulah kita seharusnya jangan pernah melihat hanya luarnya saja dan kemudian langsung menghakimi, apalagi tanpa tahu apa-apa.

_Mungkin..._

Mereka yg sering membayar untuk orang lain,  bukan berarti mereka kaya, tapi _karena mereka menghargai hubungan daripada uang._

Mereka yg bekerja tanpa ada yg menyuruh,  bukan karena mereka bodoh, tapi _karena mereka menghargai konsep tanggung jawab._

Mereka yg minta maaf duluan setelah bertengkar,   _bukan karena mereka bersalah, tapi karena mereka menghargai orang lain._

Mereka yg mengulurkan tangan untuk menolongmu,  bukan karena _mereka merasa berhutang, tapi karena menganggap kamu adalah sahabat._

Mereka yg sering mengontakmu, bukan karena _mereka tidak punya kesibukan, tapi karena kamu ada di dalam hatinya..."‎_mks

Sabtu, 15 Oktober 2016

Curigailah Hatimu

Bismillah:
Curigailah Hatimu…!
••••••••••••••
" ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﻗﻠﺒﻚ ﻻ ﻳﺘﺄﺛﺮ ﺑﺎﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻓﺎﺗﻬﻢ ﻧﻔﺴﻚ؛ ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺧﺒﺮ ﺃﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻟﻮ ﻧﺰﻝ ﻋﻠﻰ
ﺟﺒﻞ ﻟﺘﺼﺪﻉ، ﻭﻗﻠﺒﻚ ﻳﺘﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻻ ﻳﺘﺄﺛﺮ ."!! ﺍﻫـ

“Apabila engkau melihat hatimu tidak tergerak dengan Al-
Qur’an, maka curigailah dirimu!
Sebab Al-Quran ini
seandainya diturunkan kepada sebuah gunung maka akan
terpecah, sedangkan hatimu,
dibacakan atasnya Al-qur’an
tidak tergerak (sedikit pun).”
[Syarh Wasithiyyah: 374]
〰〰〰〰〰

" ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﺗﺠﺪ ﻟﻠﻌﻤﻞ ﺣﻼﻭﺓ ﻓﻲ ﻗﻠﺒﻚ ﻭﺍﻧﺸﺮﺍﺣﺎ ﻓﺎﺗﻬﻤﻪ، ﻓﺈﻥ ﺍﻟﺮﺏ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺷﻜﻮﺭ ." ﺍﻫـ

“Apabila engkau tidak mendapatkan pada hatimu manisnya
suatu amalan (yang engkau lakukan),
juga engkau tidak
mendapatkan kelapangan hati,
maka curigailah…! Sebab,
sesungguhnya Robb Ta’ala itu Syakur (Dzat yang maha
mensyukuri amalan2 hambanya,
sehingga tidak akan mungkin sesorang yang diterima amalannya tidak mendapati bekas
amalan tersebut di hatinya).”
📚Madarijussalikin 2/ 68

Oleh karena itu,
hendaknya kita betul-betul perhatikan
keadaan hati-hati kita.

Jangan sampai kita lalai dari
mengontrol keadaannya.

Jangan sampai kita merasa aman,
padahal hati ini ternyata sudah berkarat….

ﻳﺎ ﻣﻘﻠﺐ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺛﺒﺖ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺩﻳﻨﻚ، ﻭﻳﺎ ﻣﺼﺮﻑ ﺍﻟﻘﻠﻮﺏ ﺻﺮﻑ ﻗﻠﻮﺑﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻃﺎﻋﺘﻚ

Jumat, 14 Oktober 2016

Jadilah Yang Terbaik

Jadilah Yang Terbaik

🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 14 Muharram 1438 H / 15 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Anas Burhanuddin, MA
📔 Materi Tematik | Jadilah Yang Terbaik
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AB-Terbaik
🌐 Sumber:
https://yufid.tv/12190-ceramah-singkat-jadilah-yang-terbaik-anas-burhanuddin-ma.html
-----------------------------------

JADILAH YANG TERBAIK

بسم اللّه الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، و على آله و اصحابه ومن وله

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan kita semua dalam keadaan berbeda-beda. Berbeda jenis kelamin, warna kulit, kemampuan ekonomi, tingkat pendidikan dan ilmu, dan perbedaan yang lainnya.

Seringkali dalam perbedaan-perbedaan ini kita tidak punya pilihan. 

⇒ Ada anak yang lahir dalam keadaan cacat, buta atau lumpuh. Sementara anak yang lain lahir dengan fisik yang begitu sempurna.

⇒ Ada anak yang lahir ditengah lokalisasi sehingga dianggap remeh dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat sekitarnya.

Sementara anak yang lain begitu terhormat,  bahkan sejak kecil menjadi pangeran bahkan raja sebelum dewasa.

⇒ Ada orang yang sudah bekerja membanting tulang sepanjang hari, sepanjang pekan, sepanjang tahun namun rejekinya tidak banyak.

Dia tidak pernah bisa keluar dari garis kemiskinan. Sementara orang lain begitu lancar rejekinya tanpa harus bercapek ria.

⇒ Ada orang yang begitu sulit belajar.

Dia sudah mengerahkan segala kemampuan dan pikirannya namun dia tidak pintar-pintar karena memang Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan dia banyak keterbatasan.

Karena dalam perbedaan-perbedaan ini kita tidak bisa mempunyai pilihan, maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak menjadikan perbedaan ini sebagai cara pandang, tidak menjadikannya sebagai parameter dan timbangan dalam menilai kita, karena Islām adalah agama yang adil.

Islām telah membuat timbangan yang adil untuk umatnya.

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

_"Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allāh adalah yang paling bertaqwa diantara kalian."_

(QS Al Hujurāt: 13)

Hal ini ditafsirkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadīts riwayat Muslim. 

إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ  يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

_"Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak melihat kepada rupa-rupa kalian, tidak pula kepada harta-harta kalian, namun Allāh Subhānahu wa Ta'āla melihat kepada hati kalian dan amalan kalian."_

(HR Muslim nomor 4650 versi Syarh Muslim nomor 2564)

Inilah timbangan Islām yang adil, sehingga masing-masing dari kita:

√ Bisa menjadi orang yang paling bertaqwa disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
√ Bisa menjadi orang yang berhati paling jernih.
√ Bisa menjadi orang yang beramal paling banyak.

Tanpa terhalang oleh latar belakangnya.

Kedudukan yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak terhalang oleh jenis kelamin yang tidak kita gemari, warna kulit yang tidak kita senangi, darah yang tidak biru, kantong yang tidak tebal atau postur kita yang pendek-pendek dan pesek-pesek.

Bahkan kedudukan yang tinggi di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak terhalang oleh ilmu kita yang kurang.

Buktinya, orang terbaik dari kalangan tābi'in bukanlah orang yang paling 'alim atau ulamā diantara mereka. 

Orang terbaik dari kalangan tābi'in yang merupakan generasi kedua umat Islām adalah seorang pria yang disebut oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam sebuah hadīts riwayat Muslim nomor 4612 versi Syarh Muslim nomor 2542:

إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ

_"Sebaik-baik tābi'in adalah seorang pria yang bernama Uways."_

Beliau adalah Uways bin Amir Al Qarani, siapa beliau?

Beliau bukan orang yang kaya raya, bukan orang yang berdarah biru, bukan pula pejabat dan bukan pula ulamā, beliau hanya orang biasa yang bahkan disebutkan dianggap remeh oleh masyarakatnya.

Namun dengan taqwa beliau, iman beliau, bakti beliau kepada ibu beliau dan amalan-amalan hati beliau serta kebersihan hati beliau, beliau menjadi yang terbaik dikalangan tābi'in.

Kalau yang terbaik di kalangan tābi'in adalah orang yang serba kurang, maka yang terbaik dikalangan shahābat adalah orang yang serba lebih, beliau adalah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu.

Para ulamā sepakat bahwasanya yang terbaik dikalangan generasi pertama umat Islām yaitu para shahābat adalah Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu.

Beliau adalah seorang yang tampan, seorang yang kaya raya, seorang pejabat, seorang bangsawan dan berdarah biru dan beliau juga seorang tokoh ulamā dikalangan shahābat.

Namun bukan itu yang telah membuat Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu menjadi yang terbaik dikalangan shahābat.

Yang menjadikan beliau terbaik dikalangan shahābat adalah taqwa beliau, hati beliau yang bersih, iman beliau yang kuat dan amalan beliau yang banyak yang tercermin dalam sebuah hadīts riwayat Muslim.

Bahwasanya suatu hari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengumpulkan para shahābat beliau dan bertanya, "Siapa yang hari ini berpuasa?"

Maka Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu mengangkat tangan dan mengatakan, "Saya, wahai Rasūlullāh.'

"Siapa yang hari ini sudah mengantar jenazah?"

Maka Abū Bakr Ash Shiddīq Radhiyallāhu 'anhu lagi yang menjawab, "Saya, wahai Rasūlullāh."

"Siapa yang hari ini sudah memberi makan untuk orang miskin?"

Sekali lagi, Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu yang mengangkat tangan, "Saya, wahai Rasūlullāh."

"Siapa yang hari ini sudah menjengguk orang sakit?"

Dan lagi-lagi Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu mengatakan, "Saya, wahai Rasūlullāh."

Kemudian Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan, "Tidaklah keempat amalan ini terkumpul pada seorang mu'min (maksudnya dalam 1 hari) kecuali dia akan masuk surga."

Ikhwan dan akhwat yang budiman,

Setiap dari kita memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kalau kita memiliki kelebihan ucapkanlah syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan jadilah seperti Abū Bakr Ash Shiddīq radhiyallāhu 'anhu yang diberikan banyak kelebihan namun dia tidak terperdaya oleh banyak kelebihannya.

Karena beliau sadar bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak pernah melihat beliau dari kelebihan-kelebihan dunia itu. Maka beliau beramal, membersihkan hati, membersihkan diri dan bertaqwa sehingga akhirnya beliau bisa meraih kemulian disisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sebaliknya, kalau kita mendapatkan kekurangan-kekurangan dalam diri kita hendaklah kita tetap bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jangan minder!

Karena kesempatan tidak tertutup sama sekali. Jadilah seperti Uways bin Amir Al Qarani yang serba kurang tapi dengan amal dan taqwanya akhirnya bisa menjadi yang terbaik dari kalangan tābi'in.

Demikian semoga yang sedikit ini bermanfaat.

و الله تعالى أعلم
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وسلم
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Riya' bagian 2

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 13 Muharram 1438 H / 14 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 05| Riya' (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H05-2
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ." أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari Mahmud bin Labid Radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya'.”

(HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
〰〰〰〰〰〰〰

R I Y A '  (BAGIAN 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwān dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita melanjutkan pembahasan kita tentang Akhlaq yang buruk yang diantaranya adalah riya'.

Telah kita sebutkan bahwasanya riya' adalah dosa besar.

Diantara dalil yang menunjukkan bahwa riya' adalah dosa besar adalah banyak namun diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh Imām Muslim dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu.

Beliau berkata:

سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَي اسْتُشْهِدَ

Aku mendengar Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

Orang-orang yang pertama kali akan disidang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (diberi hukuman kepadanya) adalah :

▪ YANG PERTAMA | SEORANG YANG MATI SYAHID

فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا

"Orang yang mati syahīd inipun dihadirkan di hadapan Allāh kemudian Allāh mengingatkan dia tentang nikmat-nikmat yang pernah Allāh berikan kepada dia. Maka diapun ingat akan nikmat-nikmat tersebut."

↝Seperti misalnya: hebat dalam bertempur, tubuh yang kuat, keberanian, pandai (lihai) dalam menggunakan senjata, ini semua nikmat bagi seorang mujahid.

Kemudian Allāh bertanya:

فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟

(Karena nikmat-nikmat itu perlu disyukuri/wajib di syukuri dengan digunakan untuk perkara-perkara yang bermanfaat. Misalnya, keberanian, kejantanan, kehebatan, kekuatan  tubuh ini harus di salurkan kepada perkara yang baik untuk bersyukur kepada Allāh).

Maka Allāh bertanya tentang nikmat tersebut, "فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا ?"  / "Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat yang aku berikan kepadamu ?"

Ia menjawab:

قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ

"(Yā Allāh) aku berperang karena Engkau sampai aku mati syahīd."

Allāh berkata:

كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ

"Engkau dusta, engkau berperang supaya dikatakan sebagai pemberani, dan telah dikatakan itu."

Perhatikan disini!
Orang ini berperang untuk dikatakan bahwa dia adalah pemberani (pahlawan) dan tujuan dia terpenuhi, Allāh kabulkan.

Oleh karenanya, tatkala seseorang itu tersohor bukan berarti amal dia diridhai oleh Allāh, bisa jadi itu adalah istidraj.

Lihatlah orang ini, dia berperang supaya dikatakan pemberani dan Allāh kabulkan.

Orang yang melakukan amal shalih karena riya', tujuannya ingin  tersohor terkadang dikabulkan terkadang tidak dikabulkan.

Allāh telah mengatakan dalam Al Qurān :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

"Barangsiapa yang melakukan amal shalih karena mengharapkan dunia dan perhiasannya maka Kami akan berikan tujuan tersebut, dan mereka tidak akan dikurangi."

(QS Hud :15)

Jadi Allāh mengatakan, barangsiapa beramal shalih mengharapkan dunia dan perhiasannya, maka kami akan penuhi ganjarannya di dunia apa yang mereka inginkan tersebut, dan mereka tidak ada dirugikan.

Lihatlah orang ini tatkala dia berjihad niatnya agar dikatakan sebagai pemberani dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini semua menunjukkan bahwasanya riya' adalah perkara yang berbahaya, ketenaran adalah perkara yang berbahaya.

Bayangkan, orang ini rela mengorbankan perkara yang paling mahal dalam dirinya yaitu nyawanya, sekedar untuk diakui, dikatakan sebagai pahlawan.

Ini juga menunjukkan bahwa tatkala orang ingin dipuji ini adalah syahwat, sebagaimana yang Ibnu Taimiyyah katakan:

"Ketenaran itu adalah syahwat (syahwat khafiyah) yaitu syahwat yang tersembunyi."

Sebagaimana seseorang mempunyai syahwat untuk makan, seorang lelaki punya syahwat terhadap wanita, demikian juga dengan riya' (ingin terkenal) juga termasuk syahwat.

Sehingga orang rela untuk mengorbankan hartanya bahkan nyawanya untuk memenuhi syahwatnya supaya dikenal sebagai pahlawan.

Padahal diapun akan terkenal setelah dia meninggal mungkin sebelum meninggal dia dikenal juga.

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan malaikat, maka malaikat pun menyeret di atas wajahnya (dihinakan) kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam."

▪YANG KEDUA | SESEORANG YANG BELAJAR ILMU AGAMA

وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ

"Seseorang yang belajar ilmu (maksudnya ilmu agama) kemudian dia mengajarkan ilmu tersebut dan dia (juga) membaca Al Qurān."

↝Yang kedua ini adalah seorang ustadz, orang yang berilmu, ini adalah amalan-amalan yang rawan untuk riya'

Seorang ustadz juga sangat mudah untuk terkena riya', apalagi jika pandai membaca Al Qurān, cerdas, pandai berbicara (berorasi), suaranya bagus dan mungkin hapalannya kuat.

فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا,

"Maka Allāh hadirkan dia kemudian Allāh ingatkan dengan nikmat-nikmat yang Allāh berikan kepadanya tersebut dan dia pun ingat."

Allāh bertanya:

فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟

"Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut."

قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ,

Ia mengatakan:

"Aku belajar ilmu, akupun mangajarkannya, aku membaca Al Qurān, semua aku lakukan karena Engkau, Yā  Allāh."

Dia akui semua nikmat tersebut dan mengatakan, "Saya ceramah, saya mengajarkan ilmu, semua kerena Engkau, Yā Allāh.

قَال :َكَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ:عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ،
Maka Allāh berkata:

"Engkau dusta, engkau belajar ilmu supaya engkau dikenal sebagai orang alim dan engkau belajar Al Qurān supaya dikenal sebagai seorang qāri dan telah dikatakan itu."

Ini berbahaya, ternyata seorang ustadz juga bisa masuk neraka Jahannam, bahkan yang pertama kali masuk.

Kenapa?

Karena niatnya tidak beres, dan seorang penuntut ilmu rawan atau mudah untuk sombong dan angkuh, mudah untuk riya', mudah untuk bangga akan dirinya, untuk dikenal, maka ini menyebabkan dia masuk kedalam neraka.

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan malaikat, maka malaikat pun menyeret di atas wajahnya (dihinakan) kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam."

▪YANG KETIGA | SEORANG YANG ALLĀH BERI KELAPANGAN HARTA

وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا,

"Seorang yang Allāh beri kelapangan harta. Allāh berikan kepada dia segala jenis harta mungkin rumah mewah, mobil mewah, kebun luas, sawah ladang, istana dan emas perak. Lalu orang ini dihadirkan lantas Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengingatkan tentang nikmat-nikmat tersebut, kemudian dia pun ingat."

Pertanyaan berikutnya

فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟

"Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut."

Kita ingat ! Seluruh kenikmatan yang kita miliki akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

"Sungguh kalian akan ditanya tentang nikmat yang kalian dapatkan"

(QS At Takasur : 08)

Dia menjawab:

قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ

"Yā Allah, tidak ada satu jalan kebaikan pun yang Engkau suka agar aku berinfaq di dalamnya kecuali aku infaq-kan kerena Engkau".

Artinya jika ada orang yang membangun mesjid dia bantu, sedekah kepada anak yatim dan fakir miskin, ada orang bikin pondok dia bantu seluruhnya, dan dia katakan semua ini karena Allāh.

قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ,

"Engkau dusta, engkau melakukan semua ini supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang dermawan, dan telah dikatakan itu (engkau sudah dikenal sebagai seorang yang dermawan)."

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِِ

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan malaikat, maka malaikat pun menyeret di atas wajahnya (dihinakan) dan dilemparkam ke neraka Jahannam."

(Hadīts riwayat Muslim no 1905)

Ikhwān dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Hadīts ini sangat mengerikan, yaitu memberikan peringatan kepada orang-orang  yang riya', orang yang riya' adalah orang yang akan  sengsara di akhirat kelak.

Dan ini menunjukkan bahwa riya' merupakan dosa besar karena bisa menyebabkan seseorang diseret ke dalam neraka Jahannam.

Demikian Ikhwān dan akhwat, kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________

Riya' bagian 2

🌍 BimbinganIslam.com
Jum'at, 13 Muharram 1438 H / 14 Oktober 2016 M
👤 Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA
📗 Kitābul Jāmi' | Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk
🔊 Hadits 05| Riya' (Bagian 2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS02-FA-Bab04-H05-2
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

وَعَنْ مَحْمُوْدِ بْنِ لَبِيْدٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ." أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ.

Dari Mahmud bin Labid Radhiyallāhu 'anhu ia berkata: Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpa kalian ialah syirik kecil, yaitu riya'.”

(HR Ahmad dengan sanad yang hasan).
〰〰〰〰〰〰〰

R I Y A '  (BAGIAN 2)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Ikhwān dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Kita melanjutkan pembahasan kita tentang Akhlaq yang buruk yang diantaranya adalah riya'.

Telah kita sebutkan bahwasanya riya' adalah dosa besar.

Diantara dalil yang menunjukkan bahwa riya' adalah dosa besar adalah banyak namun diantaranya adalah yang diriwayatkan oleh Imām Muslim dari Abū Hurairah radhiyallāhu 'anhu.

Beliau berkata:

سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَي اسْتُشْهِدَ

Aku mendengar Rasulullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

Orang-orang yang pertama kali akan disidang oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla (diberi hukuman kepadanya) adalah :

▪ YANG PERTAMA | SEORANG YANG MATI SYAHID

فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا

"Orang yang mati syahīd inipun dihadirkan di hadapan Allāh kemudian Allāh mengingatkan dia tentang nikmat-nikmat yang pernah Allāh berikan kepada dia. Maka diapun ingat akan nikmat-nikmat tersebut."

↝Seperti misalnya: hebat dalam bertempur, tubuh yang kuat, keberanian, pandai (lihai) dalam menggunakan senjata, ini semua nikmat bagi seorang mujahid.

Kemudian Allāh bertanya:

فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟

(Karena nikmat-nikmat itu perlu disyukuri/wajib di syukuri dengan digunakan untuk perkara-perkara yang bermanfaat. Misalnya, keberanian, kejantanan, kehebatan, kekuatan  tubuh ini harus di salurkan kepada perkara yang baik untuk bersyukur kepada Allāh).

Maka Allāh bertanya tentang nikmat tersebut, "فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا ?"  / "Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat yang aku berikan kepadamu ?"

Ia menjawab:

قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ

"(Yā Allāh) aku berperang karena Engkau sampai aku mati syahīd."

Allāh berkata:

كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ

"Engkau dusta, engkau berperang supaya dikatakan sebagai pemberani, dan telah dikatakan itu."

Perhatikan disini!
Orang ini berperang untuk dikatakan bahwa dia adalah pemberani (pahlawan) dan tujuan dia terpenuhi, Allāh kabulkan.

Oleh karenanya, tatkala seseorang itu tersohor bukan berarti amal dia diridhai oleh Allāh, bisa jadi itu adalah istidraj.

Lihatlah orang ini, dia berperang supaya dikatakan pemberani dan Allāh kabulkan.

Orang yang melakukan amal shalih karena riya', tujuannya ingin  tersohor terkadang dikabulkan terkadang tidak dikabulkan.

Allāh telah mengatakan dalam Al Qurān :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ

"Barangsiapa yang melakukan amal shalih karena mengharapkan dunia dan perhiasannya maka Kami akan berikan tujuan tersebut, dan mereka tidak akan dikurangi."

(QS Hud :15)

Jadi Allāh mengatakan, barangsiapa beramal shalih mengharapkan dunia dan perhiasannya, maka kami akan penuhi ganjarannya di dunia apa yang mereka inginkan tersebut, dan mereka tidak ada dirugikan.

Lihatlah orang ini tatkala dia berjihad niatnya agar dikatakan sebagai pemberani dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Ini semua menunjukkan bahwasanya riya' adalah perkara yang berbahaya, ketenaran adalah perkara yang berbahaya.

Bayangkan, orang ini rela mengorbankan perkara yang paling mahal dalam dirinya yaitu nyawanya, sekedar untuk diakui, dikatakan sebagai pahlawan.

Ini juga menunjukkan bahwa tatkala orang ingin dipuji ini adalah syahwat, sebagaimana yang Ibnu Taimiyyah katakan:

"Ketenaran itu adalah syahwat (syahwat khafiyah) yaitu syahwat yang tersembunyi."

Sebagaimana seseorang mempunyai syahwat untuk makan, seorang lelaki punya syahwat terhadap wanita, demikian juga dengan riya' (ingin terkenal) juga termasuk syahwat.

Sehingga orang rela untuk mengorbankan hartanya bahkan nyawanya untuk memenuhi syahwatnya supaya dikenal sebagai pahlawan.

Padahal diapun akan terkenal setelah dia meninggal mungkin sebelum meninggal dia dikenal juga.

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan malaikat, maka malaikat pun menyeret di atas wajahnya (dihinakan) kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam."

▪YANG KEDUA | SESEORANG YANG BELAJAR ILMU AGAMA

وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ

"Seseorang yang belajar ilmu (maksudnya ilmu agama) kemudian dia mengajarkan ilmu tersebut dan dia (juga) membaca Al Qurān."

↝Yang kedua ini adalah seorang ustadz, orang yang berilmu, ini adalah amalan-amalan yang rawan untuk riya'

Seorang ustadz juga sangat mudah untuk terkena riya', apalagi jika pandai membaca Al Qurān, cerdas, pandai berbicara (berorasi), suaranya bagus dan mungkin hapalannya kuat.

فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا,

"Maka Allāh hadirkan dia kemudian Allāh ingatkan dengan nikmat-nikmat yang Allāh berikan kepadanya tersebut dan dia pun ingat."

Allāh bertanya:

فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟

"Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut."

قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ,

Ia mengatakan:

"Aku belajar ilmu, akupun mangajarkannya, aku membaca Al Qurān, semua aku lakukan karena Engkau, Yā  Allāh."

Dia akui semua nikmat tersebut dan mengatakan, "Saya ceramah, saya mengajarkan ilmu, semua kerena Engkau, Yā Allāh.

قَال :َكَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ:عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ،
Maka Allāh berkata:

"Engkau dusta, engkau belajar ilmu supaya engkau dikenal sebagai orang alim dan engkau belajar Al Qurān supaya dikenal sebagai seorang qāri dan telah dikatakan itu."

Ini berbahaya, ternyata seorang ustadz juga bisa masuk neraka Jahannam, bahkan yang pertama kali masuk.

Kenapa?

Karena niatnya tidak beres, dan seorang penuntut ilmu rawan atau mudah untuk sombong dan angkuh, mudah untuk riya', mudah untuk bangga akan dirinya, untuk dikenal, maka ini menyebabkan dia masuk kedalam neraka.

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ,

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan malaikat, maka malaikat pun menyeret di atas wajahnya (dihinakan) kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam."

▪YANG KETIGA | SEORANG YANG ALLĀH BERI KELAPANGAN HARTA

وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا,

"Seorang yang Allāh beri kelapangan harta. Allāh berikan kepada dia segala jenis harta mungkin rumah mewah, mobil mewah, kebun luas, sawah ladang, istana dan emas perak. Lalu orang ini dihadirkan lantas Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengingatkan tentang nikmat-nikmat tersebut, kemudian dia pun ingat."

Pertanyaan berikutnya

فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟

"Apa yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat tersebut."

Kita ingat ! Seluruh kenikmatan yang kita miliki akan ditanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

"Sungguh kalian akan ditanya tentang nikmat yang kalian dapatkan"

(QS At Takasur : 08)

Dia menjawab:

قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ

"Yā Allah, tidak ada satu jalan kebaikan pun yang Engkau suka agar aku berinfaq di dalamnya kecuali aku infaq-kan kerena Engkau".

Artinya jika ada orang yang membangun mesjid dia bantu, sedekah kepada anak yatim dan fakir miskin, ada orang bikin pondok dia bantu seluruhnya, dan dia katakan semua ini karena Allāh.

قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ,

"Engkau dusta, engkau melakukan semua ini supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang dermawan, dan telah dikatakan itu (engkau sudah dikenal sebagai seorang yang dermawan)."

ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِِ

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla memerintahkan malaikat, maka malaikat pun menyeret di atas wajahnya (dihinakan) dan dilemparkam ke neraka Jahannam."

(Hadīts riwayat Muslim no 1905)

Ikhwān dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,

Hadīts ini sangat mengerikan, yaitu memberikan peringatan kepada orang-orang  yang riya', orang yang riya' adalah orang yang akan  sengsara di akhirat kelak.

Dan ini menunjukkan bahwa riya' merupakan dosa besar karena bisa menyebabkan seseorang diseret ke dalam neraka Jahannam.

Demikian Ikhwān dan akhwat, kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya.

والله أعلمُ بالصواب
_____________________________